Monday, May 1, 2023

Langkah-langkah Implementasi Autonomous Maintenance

Langkah-langkah Implementasi autonomous maintenance

Sebelum kita masuk ke langkah-langkah implementasi autonomous maintenance, ada baiknya kita tahu dulu beberapa keuntungan yang bisa kita dapatkan dari penerapannya, seperti:

  • Meningkatkan keterampilan operator dalam merawat dan memperbaiki mesin.
  • Mengurangi waktu downtime mesin akibat kerusakan atau perawatan rutin.
  • Meningkatkan produktivitas perusahaan.
  • Menciptakan budaya kerja yang lebih baik dan saling mendukung.

Menarik, bukan? Yuk, kita mulai langkah demi langkah pelaksanaan dan implementasi sukses penerapan autonomous maintenance ala JIPM!


Tahap 1: Pemahaman Dasar dan Pelatihan

Sebelum kita menerapkan autonomous maintenance, kita perlu memahami dasar-dasar perawatan mesin dan peralatan. JIPM merekomendasikan untuk memberikan pelatihan kepada operator, mulai dari cara membersihkan mesin, pelumasan, hingga teknik inspeksi yang sederhana.

Contoh: Memberikan pelatihan cara melumasi mesin dengan benar kepada operator. Jadi, nanti mereka bisa melakukan tugas ini dengan baik, tanpa menunggu teknisi.


Tahap 2: Pembersihan dan Inspeksi Awal

Setelah memahami dasar-dasar, saatnya kita mulai membersihkan dan menginspeksi peralatan secara menyeluruh. Tujuannya adalah untuk mengenali kondisi mesin saat ini dan menemukan area yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.

Contoh: Operator menginspeksi mesin dan menemukan bahwa ada beberapa bagian yang perlu dilumasi lebih sering. Maka, mereka bisa langsung mengambil tindakan untuk memperbaiki hal tersebut.


Tahap 3: Penyusunan Standar Pemeliharaan

Setelah pembersihan dan inspeksi awal, kita perlu menyusun standar pemeliharaan yang akan diikuti oleh operator. Standar ini mencakup jadwal pembersihan, pelumasan, dan inspeksi rutin yang harus dilakukan.

Contoh: Menyusun jadwal pelumasan mingguan untuk mesin yang perlu dilumasi lebih sering. Dengan ini, operator akan tahu kapan mereka harus melumasi mesin tersebut.


Tahap 4: Pelaksanaan Pemeliharaan

Saatnya operator mulai menjalankan standar pemeliharaan yang telah disusun. Pada tahap ini, penting untuk terus memonitor dan memberikan dukungan kepada operator agar mereka bisa menjalankan tugas mereka dengan baik.

Contoh: Tim maintenance dan operator melakukan inspeksi bersama setiap bulan untuk memastikan bahwa semua mesin telah dirawat dengan baik.


Tahap 5: Evaluasi dan Peningkatan

Setelah operator menjalankan standar pemeliharaan, kita perlu mengevaluasi hasilnya. Apakah ada perbaikan yang signifikan? Apakah ada hal yang perlu diperbaiki dalam prosesnya? Pada tahap ini, kita akan terus mencari cara untuk meningkatkan sistem autonomous maintenance.

Contoh: Mengadakan pertemuan antara tim maintenance dan operator untuk membahas hasil evaluasi dan menentukan langkah peningkatan yang perlu dilakukan.


Tahap 6: Keterlibatan Manajemen

Untuk menjaga keberlanjutan sistem autonomous maintenance, kita perlu melibatkan manajemen dalam proses ini. Dengan dukungan manajemen, kita bisa memastikan bahwa autonomous maintenance menjadi bagian dari budaya perusahaan dan terus berkembang.

Contoh: Melaporkan hasil evaluasi dan rencana peningkatan kepada manajemen, serta mengajukan anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan program ini.


Tahap 7: Membangun Budaya Perawatan

Tahap terakhir dalam penerapan autonomous maintenance adalah menciptakan budaya perawatan yang kuat di perusahaan. Ini mencakup edukasi dan pelatihan yang berkelanjutan, komunikasi yang baik antara tim maintenance dan operator, serta pengakuan atas usaha operator dalam merawat peralatan mereka.

Contoh: Memberikan penghargaan kepada operator yang berhasil mencapai target pemeliharaan mesin, sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk terus menjaga peralatan dengan baik.


Dengan mengikuti tahapan di atas, kita bisa sukses menerapkan autonomous maintenance ala JIPM. Namun, ingat bahwa setiap perusahaan memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda. Jadi, jangan ragu untuk menyesuaikan langkah-langkah ini sesuai dengan kondisi perusahaan Sobat Pemeliharaan.


Sumber :

https://www.jagokaizen.com/autonomous-maintenance-jipm-langkah-implementasi-dan-contoh/

Saturday, December 10, 2022

Beda Jurusan Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri

Ini Lho Beda Jurusan Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri 

03/05/2021

Bagi para siswa yang tertarik melanjutkan pendidikan dan memilih jurusan Teknik, ada banyak sekali pilihan di perguruan tinggi. Bagi beberapa siswa, ada cabang ilmu teknik yang belum familiar, yaitu Manajemen Rekayasa Industri. 

Tapi tahukah kamu bahwa Manajemen Rekayasa Industri dan Teknik Industri memiliki perbedaan mendasar. Mau tahu apa saja perbedaan kedua jurusan ini? Yuk, simak ulasan berikut ini. 

Merangkum dari laman Institut Teknologi Batam (Iteba), masih banyak orang yang belum mengetahui perbedaan Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri. Sebenarnya, apa sih perbedaan dari kedua jurusan tersebut? 

Teknik industri Teknik Industri atau Industrial Engineering adalah ilmu yang mempelajari proses industri dengan ilmu teknik. Jurusan ini adalah anak atau cabang dari Teknik Mesin. Mata kuliah dalam jurusan ini menekankan pada sisi manajemen sebuah industri sehingga kamu tak hanya dituntut untuk memahami bidang manufaktur. 

Tapi juga harus paham tentang sistem manajemen sebuah pabrik. Jika kamu tertarik memilih jurusan Teknik Industri, selain memperkuat ilmu di bidang Fisika, Kimia, Kalkulus, dan Matematika, kamu juga akan mempelajari ilmu Psikologi Industri, Analisis Biaya, serta Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja. 

Prospek kerja jurusan ini juga sangat banyak, misalnya: Quality Controller Project Manager Engineering Manager Health and Safety Officer Manajemen Rekayasa Industri Manajemen Rekayasa Industri adalah pengembangan ilmu teknik dan manajemen. 

Jurusan ini adalah kolaborasi antara ilmu teknik dan manajemen untuk menghasilkan inovasi produk. Saat menekuni jurusan ini, kamu akan mempelajari dasar-dasar ilmu teknik, manajemen, dan industri. Jurusan ini membuatmu perlu melakukan perancangan mulai dari awal hingga akhir produksi dengan mempertimbangkan customer. 

Dalam sebuah sektor industri, dibutuhkan kolaborasi yang tepat antara ranah teknik dan manajemen. Karena, mahasiswa Manajemen Rekayasa Industri tak hanya mengerjakan hal-hal teknis, namun juga merangkap sebagai Project Manager. 

Prospek kerja jurusan Manajemen Rekayasa Industri juga tak kalah bagus, kamu bisa menekuni karier di bidang: Analyst Production. Manager Produk Industri. Cost Control Industri. Beda Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri Awalnya, dua jurusan tersebut adalah dua entitas yang sama. 

Namun, kini dua jurusan tersebut dipisahkan karena mempertimbangkan customer fit. Kedua ilmu ini berkaitan dengan sistem di lingkungan industri, tapi keilmuan dari Jurusan Manajemen Rekayasa dan Jurusan Teknik Industri amat berbeda. 

Teknik Industri lebih fokus pada proses produksi dan operasional atau product life cycle. Teknik Industri secara garis besar mempelajari cara menjalankan sebuah perusahaan yang pada umumnya adalah perusahaan manufaktur. 

Sedangkan Manajemen Rekayasa Industri lebih fokus dalam aspek perencanaan sebelum masuk ke sistem industri. Ilmu-ilmu yang dipelajari dalam jurusan ini lebih mengarah ke riset pasar, product development yang berkaitan dengan konsumen. Hal ini bertujuan agar produk dapat diterima dengan baik oleh konsumen. 

Kesimpulannya, Teknik Industri berfokus pada product oriented dan didukung dengan ilmu-ilmu lainnya untuk memperluas gambaran tentang produk. Sementara itu, Jurusan Manajemen Rekayasa Industri mempelajari hal-hal terkait perencanaan, operasional, dan dan orientasi konsumen. 

Itulah perbedaan Teknik Industri dan Rekayasa Industri. Jika kamu masih bimbang menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi, semoga informasi ini bisa membantu.


Sumber :

https://edukasi.kompas.com/read/2021/05/03/123522171/ini-lho-beda-jurusan-teknik-industri-dan-manajemen-rekayasa-industri?page=all&jxconn=1*1ukiqwm*other_jxampid*RVRqY0xiUV9fQ25UZWp6RkhIZnI0VmhaQzVVaHBtOXF1WWk1ODA3NmFDLXhKTTRRTkpmRm5VLWs5ODU0OWFVSQ..#page2.

Sunday, May 23, 2021

Center of Gravity

Metode Center of gravity dalam Penentuan Lokasi

Metode ini adalah metode paling populer dan banyak digunakan pada aplikasi sesungguhnya. Metode ini biasa disebut juga centroid method atau center of area. Nilai keluaran metode ini dihitung dari jumlah hasil kali antara luasan wilayah dari fungsi keanggotaan yang ada pada fuzzy output dengan masing-masing centroid point (titik tengah) yang bersesuaian kemudian dibagi dengan jumlah luasan area fungsi keanggotaan yang ada pada fuzzy output.

Metode Center of gravity adalah sebuah teknik matematis yang digunakan untuk menemukan lokasi yang paling baik untuk suatu titik distribusi yang dapat meminimalkan biaya distribusi. 

Metode ini memperhitungkan jarak lokasi pasar, jumlah barang yang akan dikirim ke pasar tersebut, dan biaya pengiriman untuk menemukan lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi. Langkah awal metode pusat gravitasi adalah menempatkan lokasi pada suatu sistem koordinat. 

Proses ini akan diilustrasikan pada Contoh 1. Titik asal sistem koordinat dan skala yang digunakan keduanya memiliki sifat berubah-ubah, selama jarak relatif (antar lokasi) dinyatakan secara tepat. Hal ini dapat dikerjakan dengan mudah dengan menempatkan titik-titik pada peta biasa. Pusat gravitasi ditentukan dengan persamaan (2-1) dan (2-2):


Koordinat-x pusat gravitasi = Persamaan (2-1)

∑i dixQi

∑i Qi


Koordinat-y pusat gravitasi = Persamaan (2-2)

∑i diyQi

∑i Qi

Di mana dix = koordinat-x lokasi i

Di mana diy = koordinat-y lokasi i

Qi = kuantitas barang yang dipindahkan ke atau dari lokasi i


Perhatikan bahwa Persamaan (2-1) dan (2-2) mengandung istilah Qi yang merupakan banyaknya pasokan yang dipindahkan ke atau dari lokasi i.

Karena jumlah kontainer yang dikirim setiap bulan mempengaruhi biaya, maka jarak tidak dapat menjadi satu-satunya kriteria utama. Metode pusat gravitasi mengasumsikan bahwa biaya secara langsung berimbang pada jarak dan jumlah yang dikirim. 

Lokasi yang ideal adalah lokasi yang meminimalkan jarak berbobot antara gudang dan toko ecerannya, di mana pembobotan jarak dilakukan sesuai dengan jumlah kontainer yang dikirim.


Sumber :

https://www.youtube.com/watch?v=doeAz-x-rTE

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11337/2/T1_612011009_BAB%20II.pdf

https://rahmanjakarta.wordpress.com/2010/04/21/metode-center-of-gravity-dalam-penentuan-lokasi-strategis-kppn-benteng/

Siklus 5 Fase DMAIC

Konsep Six Sigma sendiri mengikuti siklus 5 fase DMAIC. Apa itu DMAIC? DMAIC merupakan fase Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control. Berikut adalah penjelasan kelimanya beserta rumus dan contoh kasusnya.


Define

Seperti namanya, define merupakan tahap mendefinisi. Tahap ini bertujuan untuk menentukan objek masalah, mengidentifikasi critical to quality, serta mendefinisikan proses kunci. 

Sebagai contoh, didapatkan data bahwa rata-rata jumlah produk cacat pada Bulan Januari 2019 adalah 6%. Data ini didapatkan dari rumus jumlah defect (cacat) per jumlah produk yang dihasilkan (output).

%Defect = Jumlah Defect / Output

Kategori cacat sendiri disesuaikan dengan kriteria yang ditetapkan perusahaan berdasarkan perspektif pelanggan.


Measure

Measure artinya tahap pengukuran. Tahap kedua dari Six Sigma ini dilakukan untuk menganalisa kondisi yang terjadi serta pengukuran performa kinerja sebelum melakukan perbaikan. Pada tahap ini menggunakan acuan Critical to Process (CTP) yang sudah didefinisikan pada tahap define serta menghitung DPO (Defect Per Opportunities), DPMO (Defect Per Million Opportunities) dan Sigma Level.

DPMO = DPO x 1.000.000 = (D/(U x O)) x 1.000.000

dimana, D = Jumlah Defect (produk cacat), U = Jumlah Unit yang Diproduksi, dan O = Opportunities of defect per unit atau jumlah kesempatan yang mengakibatkan produk cacat.

Contohnya adalah dalam sebuah proses produksi, terdapat 4 langkah proses yang dianggap paling berpeluang terjadi kegagalan atau cacat. Jumlah input yang dimasukkan dalam proses adalah 500 unit dengan 5 produk cacat. Maka DPMO produksinya adalah sebagai berikut.

DPMO = (5/(500x4)) x 1.000.000 = (0,0025) x 1.000.000 = 2.500 DPMO

Sedangkan untuk sigma levelnya dihitung menggunakan rumus excel dengan konversi DPMO sebagai berikut.

DPMO = NORMSINV((1.000.000-DPMO)/1.000.000) + 1,5


Analyze

Merupakan tahap untuk mengukur dan menganalisa penyebab timbulnya masalah atau cacat. Alat yang digunakan untuk metode Six Sigma tahap Analyze kini adalah check sheet, diagram sebab-akibat, histogram, diagram pareto, run chart, control chart, dan scatter diagram. Hasil dari tahap ini berupa informasi mengenai penyebab cacat produk.


Improve

Setelah mengetahui penyebab terjadinya cacat produk, maka tahap selanjutnya adalah dengan menentukan usulan perbaikan. Pada tahap ini bisa dilakukan usulan perbaikan dengan melakukan pelatihan atau brainstorming bersama manajer, supervisor, dan pemimpin tim. Melalui kolaborasi ini, diharapkan bisa memberi usulan perbaikan yang tepat untuk perusahaan.


Control

Tahap terakhir dalam Six Sigma adalah upaya pengawasan. Tahap ini berupa pengawasan kinerja, khususnya setelah dilakukan perbaikan agar tidak terjadi rejection atau penolakan barang karena kecacatan produksi. Pada tahap ini juga dibuat laporan kualitas yang disebarluaskan ke setiap unit perusahaan agar setiap pihak yang berkepentingan bisa menindaklanjuti hasil yang dicapai.


Sumber :

https://ukirama.com/en/blogs/pengertian-tujuan-manfaat-dan-contoh-konsep-metode-six-sigma-dalam-produksi

Critical To Quality Tree

CTQ Tree


Sebuah CTQ Tree (Critical To Quality tree) adalah sebuah tools yang biasa digunakan untuk menguraikan atau mendekomposisi requirement customer yang cukup luas menjadi requirement yang terkuantifikasi dan lebih mudah memprosesnya. CTQ tree sering digunakan jika Anda menerapkan metodologi Six Sigma pada organisasi Anda.

CTQ akan Anda dapatkan berdasarkan kebutuhan dari customer. Tingkat kepuasan konsumen dapat menjadi nilai tambah ketika Anda mendapatkan parameter-parameter Critical To Quality. Sebagai pertimbangan terhadap cost, Anda mungkin saja harus tetap memfokuskan pada kebutuhan customer pada tahapan inisiasi awal.

CTQ adalah kunci karakteristik yang dapat diukur dari sebuah produk atau proses yang harus mencapai performansi standard atau batas/limit dari spesifikasinya agar dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan dari customer. Dengan adanya CTQ ini maka improvement atau upaya desain yang dilakukan akan bersekutu dan searah dengan requirement dari customer.


Bagaimana cara menggunakan tools ini? Berikut kami berikan juga proses step-by-step untuk memudahkan Anda mengembangkan CTQ tree.

1.       Identifikasi kebutuhan penting

Pertama-tama Anda harus mengidentifikasi kebutuhan utama yang harus dimiliki oleh produk Anda. Lakukanlah CTQ tree untuk semua kebutuhan yang identifikasi. Dalam langkah pertama Anda, pada dasarnya Anda akan bertanya,”Hal apa yang merupakan hal penting dalam produk atau service ini?”. Sangat baik untuk menentukan kebutuhan ini dalam pembahasan yang luas; ini akan membantu memastikan bahwa Anda tidak melewatkan hal penting apapun pada langkah berikutnya.


2.       Identifikasi quality drivers

Selanjutnya, Anda perlu mengidentifikasikan kualitas spesifik dari driver yang harus ditempatkan agar bertemu dengan kebutuhan yang telah Anda identifikasi pada langkah sebelumnya. Ingatlah bahwa ini adalah faktor-faktor yang harus ditujukan pada customer agar mereka berpikir bahwa Anda membawa produk dengan kualitas yang tinggi.

Langkah ini sebaiknya dilakukan tanpa terburu-buru, sangat penting untuk mengidentifikasi bahwa semua driver sangat penting untuk customer. Anda juga dapat bertanya pada customer mengenai faktor apa saja yang penting terkait dengan kebutuhan mereka.


3.       Identifikasi requirement dari performansi

Akhirnya, Anda harus mengidentifikasi minimum requirement dari performansi Anda yang harus memuaskan masing-masing quality driver dengan tujuan untuk mengediakan quality product yang sebenarnya. Setelah Anda menyelesaikan CTQ tree untuk masing-masing kebutuhan utama, Anda akan memiliki daftar dari requirement yang dapat diukur yang harus Anda penuhi untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi.


Contoh CTQ tree


Misalkan seorang pengusaha bernama Joko meluncurkan sebuah toko yang menjual perlengkapan anak kecil. Setelah berbicara dengan calon pembeli yang ada, ia mengidentifikasi satu kebutuhan pokok yaitu “good customer service”. Jadi, Joko menggunakan CTQ tree untuk membuat daftar requirement performansi yang dapat diukur yang akan menolongnya dalam mencapai good quality service yang tadi.

Contoh di atas dibuat untuk memudahkan Anda dalam menganalogikan masalah (kebutuhan) tersebut dengan kebutuhan utama yang terdapat pada organisasi Anda masing-masing.  CTQ merepresentasikan karakteristik produk atau service yang ditentukan oleh customer. Karakteristik ini dapat terdiri dari batas spesifikasi upper dan lower  atau faktor lainnya yang terkait dengan produk tersebut. Biasanya CTQ harus diinterpretasikan dari pernyataan kualitatif customer menjadi sesuatu yang dapat dikerjakan (actionable) dan spesifikasi bisnis yang kuantitatif. Customer sering mengekspresikan keinginan mereka dalam bahasa percakapan biasa, namun ahli CTQ dapat mengkonversinya sehingga menjadi bentuk besaran yang dapat diukur menggunakan berbagai tool lain seperti DFMEA dan lain sebagainya.


Sumber :

http://sixsigmaindonesia.com/ctq-tree/

Thursday, May 20, 2021

Jurusan Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri

Mengenal Jurusan Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri serta Prospek Kerjanya

Kompas.com - 19/05/2021, 14:10 WIB


Jurusan Teknik menjadi salah satu jurusan populer bagi calon mahasiswa. Pasalnya, prospek kerja jurusan ini cukup luas sehingga dinilai menjanjikan. Selain menjanjikan masa depan yang cerah, jurusan ini juga menawarkan konsentrasi dalam bidang yang beragam.

Bagi kamu yang berminat berkuliah di Jurusan Teknik, ada cabang ilmu teknik yang relatif masih cukup asing bagi calon mahasiswa, yaitu Manajemen Rekayasa Industri. Apa perbedaan jurusan tersebut dengan Teknik Industri?

Institut Teknologi Batam (Iteba), yakni institusi pendidikan tinggi di bidang sains, teknologi dan desain, berbasis di Batam, Kepulauan Riau, yang peduli pada peningkatan kualitas dan kapabilitas SDM pada Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika (STEM), mengulas perbedaan dan prospek kerjanya.


Jurusan Teknik Industri

Teknik Industri atau Industrial Engineering adalah ilmu yang mempelajari proses industri dengan ilmu teknik. Jurusan ini adalah anak atau cabang dari Teknik Mesin.

Mata kuliah dalam jurusan ini menekankan pada sisi manajemen sebuah industri sehingga kamu tak hanya dituntut untuk memahami bidang manufaktur, kamu juga harus paham tentang sistem manajemen sebuah pabrik.

Dalam jurusan ini, selain memperkuat ilmu di bidang Fisika, Kimia, Kalkulus, dan Matematika, kamu juga akan mempelajari ilmu Psikologi Industri, Analisis Biaya, serta Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja.

Jurusan ini juga akan menjadikanmu seorang Quality Controller, Project Manager, Engineering Manager, dan Health and Safety Officer.


Manajemen Rekayasa Industri

Manajemen Rekayasa Industri adalah pengembangan ilmu teknik dan manajemen. Jurusan ini adalah kolaborasi antara ilmu teknik dan manajemen untuk menghasilkan inovasi produk.

Dalam jurusan ini, kamu akan mempelajari dasar-dasar ilmu teknik, manajemen, dan industri. Jurusan ini membuatmu perlu melakukan perancangan mulai dari awal hingga akhir produksi dengan mempertimbangkan customer.

Dalam sebuah sektor industri, dibutuhkan kolaborasi yang tepat antara ranah teknik dan manajemen karena kamu tak hanya mengerjakan hal-hal teknis, namun juga merangkap sebagai Project Manager.

Jurusan ini dapat menjadikanmu seorang Analyst Production, Manager Produk Industri, Cost Control Industri.


Perbedaan Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri

Pada mulanya, dua jurusan tersebut adalah dua entitas yang sama. Namun, kini dua jurusan tersebut dipisahkan karena mempertimbangkan customer fit.

Meskipun kedua ilmunya berkaitan dengan sistem di lingkungan industri, tapi keilmuan dari Jurusan Manajemen Rekayasa dan Jurusan Teknik Industri amat berbeda.

Teknik Industri lebih berfokus pada proses produksi dan operasional atau product life cycle. Dengan kata lain, Teknik Industri secara garis besar mempelajari cara menjalankan sebuah perusahaan yang pada umumnya adalah perusahaan manufaktur.

Manajemen Rekayasa Industri fokus dalam aspek planning sebelum masuk ke sistem industri. Ilmu-ilmu yang dipelajari dalam jurusan ini lebih mengarah ke riset pasar, product development yang berkaitan dengan konsumen. Hal itu bertujuan agar produk dapat diterima dengan baik oleh konsumen.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Teknik Industri berfokus pada product oriented dan didukung dengan ilmu-ilmu lainnya untuk memperluas gambaran tentang produk.

Sementara itu, Jurusan Manajemen Rekayasa Industri mempelajari hal-hal terkait planning, operasional, dan orientasi konsumen.

Kamu ingin menempuh pendidikan pada jurusan Teknik Industri atau Manajemen Rekayasa Industri? Kampus Iteba memiliki fakultas Teknologi Industri, yang menjadi payung untuk dua jurusan, baik Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri, untuk menjadi pilihanmu.


Sumber :

https://www.kompas.com/edu/read/2021/05/19/141008771/mengenal-jurusan-teknik-industri-dan-manajemen-rekayasa-industri-serta?page=all#page2

Thursday, April 15, 2021

The Factory Management Institute

An excellent website for learning production management, Lean/Toyota Production System, etc. from Sensei Koichi Kimura.

"Sensei Koichi Kimura worked in the Production Gemba for 40 years at SUMITOMO Corp., in which he developed the factory management systems together with the pioneers of these systems in TOYOTA, HONDA, etc. 

Since 2010 he has been transmitting and developing this knowledge in more than 11 countries around the world, in lectures and conferences that he distributes directly to his students worldwide, and now through the Factory Management Institute website and Internet Archive.

Sensei Koichi Kimura is the root of the knowledge that The Factory Management Institute spreads for free.

The motto chosen by Sensei Koichi Kimura is his path to excellence within the Factory Management Institute, and which summarizes his statement of his philosophy is: "Contribute to the world's factories with the best factory management system"


Source:

https://www.thefactorymanagementinstitute.com/

Related Posts