Seven waste (7 waste) atau 7 pemborosan adalah jenis-jenis pemborosan yang terjadi di dalam proses manufaktur ataupun jasa, yakni Transportasi, Inventori, Gerakan, Menunggu, Proses yang berlebihan, Produksi yang berlebihan, Barang rusak.
Di dalam bahasa inggris, dikenal dengan istilah TIMWOOD (Transportation, Inventory, Motion, Waiting, Over-processing, Over-production, Defect). Tujuh pemborosan ini diperkenalkan oleh Taiichi Ono dari Jepang yang bekerja untuk Toyota dan diperkenalkan dalam sistem produksi yang dikenal dengan Toyota production system.
Dilihat dari sudut pandang nilai tambah, maka segala aktivitas yang kita lakukan dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar:
- Aktivitas Bernilai Tambah atau dikenal dengan Value-Added Activities (VA)
- Aktivitas Tidak Bernilai Tambah atau dikenal dengan Non-Value-Added Activities (NVA)
- Aktivitas Tidak Bernilai Tambah tetapi Diperlukan atau dikenal dengan Value Enabler Activities atau Business Non-Value-Added Activities (VE atua BNVA)
Berbeda dengan VA dan NVA, VE relatif jarang dipakai. Secara ringkas, Value Enabler Activities adalah segala aktivitas yang tidak ‘dibayar’ oleh pelanggan tetapi tetap kita lakukan karena faktor risk management, regulasi, kebijakan perusahaan.
Misalnya melakukan pemeriksaan dengan prinsip empat mata (four-eyes principle) atas aplikasi kredit di bank bukanlah aktivitas yang dibutuhkan pelanggan, tetapi regulasi mewajibkan adanya aktivitas ini untuk meminimalkan resiko.
Terdapat 7 Macam Kategori Waste yang sering terjadi dalam industri Manufacturing, diantaranya :
1. Waste of Overproduction (Produksi yang berlebihan)
Waste atau pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi baik yang berbentuk Finished Goods (Barang Jadi) maupun WIP (Barang Setengah Jadi) tetapi tidak ada order / pesan dari Customer. Beberapa Alasan akan adanya Overproduction (kelebihan Produksi) antara lain Waktu Setup Mesin yang lama, Kualitas yang rendah, atau pemikiran “Just in case” ada yang memerlukannya.
2. Waste of Inventory (Inventori)
Waste atau pemborosan yang terjadi karena Inventory adalah Akumulasi dari Finished Goods (Barang Jadi), WIP (Barang Setengah Jadi) dan Bahan Mentah yang berlebihan di semua tahap produksi sehingga memerlukan tempat penyimpanan, Modal yang besar, orang yang mengawasinya dan pekerjaan dokumentasi (Paparwork).
3. Waste of Defects (Cacat / Kerusakan)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena buruknya kualitas atau adanya kerusakkan (defect) sehingga diperlukan perbaikan. Ini akan menyebabkan biaya tambahan yang berupa biaya tenaga kerja, komponen yang digunakan dalam perbaikan dan biaya-biaya lainnya.
4. Waste of Transportation (Pemindahan/Transportasi)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena tata letak (layout) produksi yang buruk, peng-organisasian tempat kerja yang kurang baik sehingga memerlukan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Contohnya Letak Gudang yang jauh dari Produksi.
5. Waste of Motion (Gerakan)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena Gerakan –gerakan Pekerja maupun Mesin yang tidak perlu dan tidak memberikan nilai tambah terhadap produk tersebut. Contohnya peletakan komponen yang jauh dari jangkauan operator, sehingga memerlukan gerakan melangkah dari posisi kerjanya untuk mengambil komponen tersebut.
6. Waste of Waiting (Menunggu)
Saat Seseorang atau Mesin tidak melakukan pekerjaan, status tersebut disebut menunggu. Menunggu bisa dikarenakan proses yang tidak seimbang sehingga ada pekerja maupun mesin yang harus mengunggu untuk melakukan pekerjaannya , Adanya kerusakkan Mesin, supply komponen yang terlambat, hilangnya alat kerja ataupun menunggu keputusan atau informasi tertentu.
7. Waste of Overprocessing (Proses yang berlebihan)
Tidak setiap proses bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang diproduksi maupun customer. Proses yang tidak memberikan nilai tambah ini merupakan pemborosan atau proses yang berlebihan. Contohnya : proses inspeksi yang berulang kali, proses persetujuan yang harus melewati banyak orang, proses pembersihan. Semua Customer menginginkan produk yang berkualitas, tetapi yang terpenting adalah bukan proses Inspeksi berulang kali yang diperlukan tetapi bagaimana menjamin Kualitas Produk pada saat pembuatannya. Yang harus kita lakukan adalah Carikan Root Cause (akar penyebab) dari suatu permasalahan dan ambilkan tindakan (countermeasure) yang sesuai dengan akar penyebab tersebut.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/7_pemborosan
http://shiftindonesia.com/seven-waste-dalam-lean-manufacturing/
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-7-waste-dalam-lean-manufacturing/